Pages

Selasa, 04 Oktober 2016

Contoh Data Statistik Beserta Dampaknya   Krisis Mata Uang Rupiah 2013: Penyebab dan Dampaknya SEJAK Juni 2013, nilai tukar Rupiah ...

Tugas 2 -- Statistik dan Probabilitas

Tidak ada komentar:
 

Contoh Data Statistik Beserta Dampaknya 

Krisis Mata Uang Rupiah 2013: Penyebab dan Dampaknya

SEJAK Juni 2013, nilai tukar Rupiah cenderung melemah. Hal yang sama juga dialami oleh mata uang beberapa Negara (Negara berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi dengan cepat) lainnya. Selama Juni-Agustus 2013, nilai tukar Lira Turki jatuh sebesar 10 persen; nilai tukar Rupee India jatuh sebesar 20 persen; dan nilai tukar Rupiah serta Real Brazil jatuh sekitar 15 persen. 

Kenapa Nilai Tukar Rupiah Melemah?
Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh relasi penawaran-permintaan (supply-demand) atas mata uang tersebut. Jika permintaan atas sebuah mata uang meningkat, sementara penawarannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan naik. Kalau penawaran sebuah mata uang meningkat, sementara permintaannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan melemah. Dengan demikian, Rupiah melemah karena penawaran atasnya tinggi, sementara permintaan atasnya rendah.
Namun, apa yang menyebabkan penawaran atas Rupiah tinggi, sementara permintaan atasnya rendah? Setidaknya ada dua faktor. Pertama, keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia. Keluarnya investasi portofolio asing ini menurunkan nilai tukar Rupiah, karena dalam proses ini, investor menukar Rupiah dengan mata uang negara lain untuk diinvestasikan di negara lain. Artinya, terjadi peningkatan penawaran atas Rupiah. Adapun indikasi dari keluarnya investasi portofolio asing ini bisa dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung menurun seiring dengan kecenderungan menurun dari Rupiah. Dalam grafik di bawah, kita bisa lihat bahwa IHSG mengalami kecenderungan menurun sejak Juni 2013:
Data Dalam Bentuk Grafik
IHSG April-Agustus 2013

http://indoprogress.com/img/ip/2013/09/Graph02-Bloomberg.png

Dalam Tabel di bawah ini , bisa kita lihat, defisit neraca nilai perdagangan Indonesia selama Januari-Juli 2013 adalah -5,65 miliar Dollar AS. Sektor nonmigas sebenarnya mengalami surplus 1,99 miliar Dollar AS. Namun, surplus di sektor nonmigas tidak bisa mengimbangi defisit yang sangat besar di sektor migas, yakni sebesar -7,64 miliar Dollar AS.

Data Dalam Bentuk Tabel 1
Neraca Nilai Perdagangan Indonesia, Januari-Juli 2013
(Miliar US$)

Ekspor
Impor
Neraca
Bulan
Migas
Nonmigas
Total
Migas
Nonmigas
Total
Migas
Nonmigas
Total
Januari
2,66
12,72
15,38
3,97
11,48
15,45
-1,31
1,24
-0,07
Februari
2,57
12,45
15,02
3,64
11,67
15,31
-1,07
0,78
-0,29
Maret
2,93
12,09
15,02
3,90
10,99
14,89
-0,97
1,10
-0,13
April
2,45
12,31
14,76
3,63
12,83
16,46
-1,18
-0,52
-1,70
Mei
2,92
13,21
16,13
3,44
13,22
16,66
-0,52
-0,01
-0,53
Juni
2,80
11,96
14,76
3,53
12,11
15,64
-0,73
-0,15
-0,88
Juli
2,28
12,83
15,11
4,14
13,28
17,42
-1,86
-0,45
-2,31
Jan-Juli
18,61
87,57
106,18
26,25
85,58
111,83
-7,64
1,99
-5,65




Dinamika ekspor-impor memang bisa berdampak pada nilai tukar mata uang. Ekspor meningkatkan permintaan atas mata uang negara eksportir, karena dalam ekspor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara tujuan dengan mata uang negara eksportir. Pertukaran ini terjadi karena si eksportir membutuhkan hasil akhir ekspor dalam bentuk mata uang negerinya agar bisa ia pakai dalam usahanya. Sebaliknya, impor meningkatkan penawaran atas mata uang negara importir, karena dalam impor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara importir dengan mata uang negara asal. Karena selama Januari-Juli 2013, impor Indonesia lebih kecil daripada ekspornya, maka situasi ini telah melemahkan nilai tukar Rupiah.


 Namun, kita bisa mendapat gambaran tentang hal ini dari perbandingan antara impor barang konsumsi, bahan baku/penolong dan barang modal di Indonesia. Kalau kita lihat Tabel 2, proporsi impor terbesar pada Januari-Juli 2013 adalah impor bahan baku/penolong, yakni 76,16% dari total impor. Kemudian urutan kedua ditempati oleh impor barang modal (mesin-mesin, dan sebagainya), sebesar 16,87% dari total impor. Di urutan terakhir baru kita dapati impor barang konsumsi dengan besaran 6,97% dari total impor. Dari data ini, kita bisa menduga bahwa penggunaan alat-alat produksi impor dalam industri Indonesia cukup tinggi.
Data Dalam Bentuk Tabel 2
Impor Indonesia Menurut Golongan Penggunaan Barang Januari-Juli 2013
Penggunaan Golongan Barang
Nilai CIF (Juta US$)
Januari-Juli 2013
Peran terhadap Total Impor Januari-Juli 2013 (%)
Barang Konsumsi
7.799,0
6,97
Bahan Baku/Penolong
85.162,4
76,16
Barang Modal
18.867,0
16,87
Total Impor
111.828,4
100,00 

Siapa saja yang akan terpukul oleh kenaikan harga komoditi impor ini?
  • Pertama, Konsumen, terutama konsumen kelas bawah, sejauh pendapatan mereka tidak bisa mengimbangi kenaikan harga barang.  
  • Kedua, pihak-pihak dalam rantai distribusi komoditi impor mulai dari importir sampai pengecer, karena mereka menghadapi pasar dalam negeri yang menyusut. Misalnya, belakangan ini, para importir bahan kebutuhan pokok di Batam sudah menghentikan aktivitas usahanya. 
  • Ketiga, para usahawan yang berorientasi pasar dalam negeri, namun alat-alat produksinya, terutama bahan bakunya, impor, seperti pengusaha tekstil, alas kaki, kemasan, dan sebagainya. 
  • Keempat, rakyat pekerja. terpukul dari sisi konsumsi akibat kenaikan harga barang, juga akan dijepit dari sisi upah oleh pengusaha yang terjepit oleh kenaikan harga alat-alat produksi impor, kenaikan nilai utang luar negeri, dan penyusutan pasar dalam negeri.
dan  Siapa saja yang akan terpukul oleh kenaikan nominal Rupiah dari utang luar negeri Indonesia ini?
  • Pertama, untuk utang swasta jelas pengusaha yang berutang, dan para pekerjanya yang akan ditekan oleh pengusaha yang berutang tersebut.  
  • Kedua, untuk utang pemerintah, yang akan terpukul adalah anggaran negara atau APBN, dimana ketika anggaran terjepit, rezim neoliberal biasanya akan mengurangi atau mencabut subsidi untuk rakyat, sehingga rakyat secara umum juga akan terkena dampaknya. 
  • Ketiga, pembayaran utang luar negeri cenderung akan meningkatkan penawaran atas Rupiah, karena uang Rupiah yang dimiliki pengutang harus ditukar dengan mata uang pembayaran utang. Akibatnya, nilai tukar Rupiah bisa semakin lemah. 
Apa Dampak Melemahnya Rupiah?
  1. Pertumbuhan Ekonomi Melambat
  2. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) meningkat.
  3. Jumlah Pengangguran Semakin Meningkat
  4. Imflasi Bahan Pangan Meningkat
  5. Kesejahteraan Masyarakat Menurun
  6. Angka Putus Sekolah Meningkat terutama mereka yang sekolah di swasta dan sedang kuliah di Perguruan Tinggi, Dan lain-lain.
 Kesimpulan :
  • Berdasarkan catatan di atas, kita ketahui bahwa melemahnya nilai tukar Rupiah disebabkan oleh 2 faktor, yakni : 
  1. Keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia akibat rencana pengurangan QE oleh the Fed; 
  2. Neraca nilai perdagangan Indonesia yang defisit. 
  •  Adapun dampak dari melemahnya rupiah , antara lain sebagai berikut : Pertumbuhan Ekonomi Melambat, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) meningkat, Jumlah Pengangguran Semakin banyak, Imflasi Bahan Pangan semakin mahal , Kesejahteraan Masyarakat Menurun, Angka Putus Sekolah Meningkat terutama mereka yang sekolah di swasta dan sedang kuliah di Perguruan Tinggi, Dan lain-lain.
Cara Mengatasi Lemahnya Nilai Tukar Rupiah
  • Solusi utama yang harus dilakukan yaitu memperbaiki defisit transaksi, mulai dari membangun industri-industri subsitusi impor, dan dibutuhkannya sebagai bahan baku yang strategis. 
  • Membebaskan pajak bunga deposito hasil ekspor.
 Referensi :
  • http://indoprogress.com/2013/09/krisis-mata-uang-rupiah-2013-penyebab-dan-dampaknya/
  • http://www.kompasiana.com/nugroho_sbm/rupiah-terus-melemah-apa-solusinya_552948eef17e6153598b4598
  • http://www.kompasiana.com/musniumar/10-dampak-negatif-pada-masyarakat-melemahnya-rupiah_55f21cf34df9fd7e0e532e94 
  • http://www.rri.co.id/post/editorial/127/editorial/menyimak_dampak_melemahnya_nilai_tukar_rupiah.html 
solusi utama yang harus dilakukan agar rupiah tak terus tertekan adalah memperbaiki defisit transaksi berjalan dengan cara mulai membangun industri-industri substitusi impor. Dalam hal ini pembangunan industri jaman Soekarno sebenarnya lebih visioner yaitu Soekarno membangun PT Krakatau Steel dimana baja memang dibutuhkan sebagai bahan baku yang strategis

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/nugroho_sbm/rupiah-terus-melemah-apa-solusinya_552948eef17e6153598b4598
solusi utama yang harus dilakukan agar rupiah tak terus tertekan adalah memperbaiki defisit transaksi berjalan dengan cara mulai membangun industri-industri substitusi impor. Dalam hal ini pembangunan industri jaman Soekarno sebenarnya lebih visioner yaitu Soekarno membangun PT Krakatau Steel dimana baja memang dibutuhkan sebagai bahan baku yang strategis

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/nugroho_sbm/rupiah-terus-melemah-apa-solusinya_552948eef17e6153598b4598
solusi utama yang harus dilakukan agar rupiah tak terus tertekan adalah memperbaiki defisit transaksi berjalan dengan cara mulai membangun industri-industri substitusi impor. Dalam hal ini pembangunan industri jaman Soekarno sebenarnya lebih visioner yaitu Soekarno membangun PT Krakatau Steel dimana baja memang dibutuhkan sebagai bahan baku yang strategis

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/nugroho_sbm/rupiah-terus-melemah-apa-solusinya_552948eef17e6153598b4598RE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blinking Cute Box Cat